“Ramadhan usai bukan berarti usai sudah suasana semangat ibadah kita” ungkapan pendek ini barangkali perlu kita renungi ketika ada pada penghujung Ramadhan, kita sadar betul bagaimana sebelum dan sesudah dan selama ramadhan, begitu jauh kondisinya, dimana saat ramadhan seakan-akan kita berada dipuncak ketaatan, kita lihat hampir diseluruh penjuru Tanah air dan dipenjuru dunia yang mayoritas penduduknyna muslim termasuk, penuh semarak dan semangat dalam beribadah selama ramadhan, bagaimana tidak pada saat ramadahan seakan-seakan masyoritas umat islam berada pada puncak kedekatan diri kepada Allah SWT dengan nuansa ibadah terus menerus, mengingat setiap kebaikan akan dilipat gandakan Allah SWT, terbukti masjid penuh, banyak orang yang berjiwa sosial dengan membantu sesama, dan bahkan media informasi termasuk acara-acara ditelevisi juga ikut-ikutan mendukung dengan acara khusus untuk memebri kesan nuansa ramadhan dan bentuk-bentuk lain sebagainya.
Namun kenyataannya ketka bulan yang sangat mulia ini akan selesai, bagi sebagian mereka yang tidak senang dengan kedatangan bulan ramadhan akan kembali lagi seperti semula, kemaksiatan yang ditahan-tahan sementara sebulan penuh akan diteruskan lagi, yang
awalnya enggan ke masjid akan tetap enggan ke masjid, yang suka berbagi-bagi
karena berjiwa sosialnya, ditunggu bulan ramadhan tahun depan lagi, yang senang berbuat keburukan
akan kembali seperti biasa, acara televisi yang kurang pantas sebelum ramadhan akan
dilanjutkan lagi bahkan lebih dari sebelum ramadhan, suhu politik yang
sebelumnya memanas selama ramadhan dihentikan, setelah ramadhan semakin dipanaskan
lagi, jadi intnya dari contoh-contoh itu, bisa
dikatakan bahwa ramadhan hanyalah sebagai ajang sementara untuk menahan diri dari
perbuatan yang dilarang Allah SWT.
Padahal kawan, kita tahu bulan setelah Ramadhan
adalah bulan syawwal yang bermakna peningkatan, harusnya kedekatan diri kita kepada
Allah SWT selama sebulan penuh semakin kita tingkatkan, bukan malah sebaliknya justru
semakin meningkatkan perbuatan dosa yang selama ini kita tahan diri selama bulan
ramadhan.
Barangkali ada hal yang menarik untuk kita
biasakan setelah ramadhan, dimana selama ramadhan kita pandai menahan diri dari
hal-hal yang pokok atau primer, seperti makan dan minum, bukan berarti setelah
ramadhan kita menghindarinya, bukan, Namun minimal kita bisa menjaga diri dari sifat
berlebihan dalam memenuhi kebutuhan pokok kita, apalagi kebutuhan yang tidak
masuk dalam kebutuhan pokok, bahkan tidak masuk dalam kebutuhan kedua dan ketiga;
misal saja merokok bagi para perokok yang sudah terbukti banyak mudlorotnya baik
dari kesehatan dan pemborosan, padahal seharusnya momentum ramadhan adalah saat
yang tepat untuk mengurangi atau bahkan menghindarinya mengingat terbukti selama
puasa bisa menahannya, mestinya diluar ramadahan pun seharusnya bisa. Namun setiap
tahun ramadhan sudah berulang-ulang, tapi toh kenyataannya masih saja tidak ada
perubahan akan kebiasaan yang banyak membawa mudlorot ini.
Kawan, semoga artikel singkat ini, pesan
baiknya bisa sampai pada kita semua, kita ambil nilai-nilai mulia bulan ramadhan
pada tahun ini.
Mohon dimaafkan semua kekurangan dalam
artikel ini, kritik saran kami harapkan; ib-far.blog
0 komentar:
Posting Komentar